Soeharto Dianggap Pahlawan Nasional, PSI Sebut PDIP Masih Terbelenggu Luka Politik Masa Lalu

Jakarta – Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Bestari Barus, menilai bahwa rencana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden RI kedua, H. M. Soeharto, merupakan langkah yang tepat sekaligus berani.

Menurut Bestari, bangsa Indonesia perlu melihat sosok Soeharto secara menyeluruh, bukan hanya dari sisi kontroversialnya, tetapi juga dari kontribusi besar yang telah diberikan terhadap pembangunan nasional.

“Soeharto adalah bagian penting dari sejarah bangsa yang tidak bisa dihapus. Beliau membawa Indonesia menuju stabilitas ekonomi, swasembada pangan, serta pembangunan infrastruktur besar-besaran. Itu adalah fakta sejarah yang tidak bisa disangkal,” ungkap Bestari dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (31/10/2025).

Bestari juga mengkritik sikap sebagian politisi dari PDIP yang menolak wacana tersebut. Ia menilai, penilaian subjektif dari segelintir orang tidak seharusnya memengaruhi keputusan pemerintah dalam menentukan siapa yang layak menyandang gelar Pahlawan Nasional.

“Pandangan pribadi satu atau dua orang dari PDIP tentu tidak akan memengaruhi keputusan pemerintah. Saya percaya, pemerintah memiliki mekanisme penilaian yang komprehensif dan tim independen yang menilai secara matang. Siapapun yang nantinya ditetapkan, pasti telah memenuhi kriteria resmi,” jelasnya.

Selain itu, Bestari menilai bahwa komentar negatif dan pernyataan yang merendahkan Soeharto mencerminkan pandangan yang tidak objektif terhadap sejarah bangsa.

“Ucapan seperti ‘apa hebatnya Soeharto?’ itu sangat tidak bijak. Justru kami melihat Soeharto sebagai sosok yang berjasa besar karena berhasil menumpas Gerakan 30 September yang menelan banyak korban jiwa dan mengancam keutuhan bangsa. Tanpa langkah tegas tersebut, arah sejarah Indonesia mungkin akan berbeda,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bestari mengingatkan bahwa bangsa ini harus belajar menilai masa lalu secara proporsional dan objektif, bukan dengan dendam politik.

“Jika PDIP masih menilai Soeharto hanya dari luka politik 1965 dan masa Orde Baru, artinya mereka belum berdamai dengan sejarah. Reformasi sudah berjalan lebih dari dua dekade, saatnya kita melihat sejarah dengan kepala dingin,” tambahnya.

Ia pun berharap agar masyarakat Indonesia tidak terus terjebak pada kebencian masa lalu, melainkan tetap waspada terhadap ideologi-ideologi yang pernah mengancam dasar negara.

“Semoga ke depan tidak ada lagi pemikiran-pemikiran seperti PKI yang berkembang di Indonesia. Harapan kita semua, bangsa ini terus melangkah maju dengan menghormati sejarahnya,” tutup Bestari.

Sebagai informasi, sebelumnya Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning secara tegas menolak rencana pemerintah yang berencana memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto.

“Kalau secara pribadi, saya menolak keras. Apa hebatnya Soeharto sebagai pahlawan? Ia justru dianggap bertanggung jawab atas jutaan korban di masa lalu,” kata Ribka kepada wartawan di Sekolah PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (28/10/2025).

Baca juga :  Hanya di Dalam Engkau Ya Tuhan" – Lagu Abadi Karya Suster Moekti Gondosasmito

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *