Jakarta, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lonjakan harga beberapa komoditas pangan utama seperti cabai rawit, telur ayam ras, dan bawang putih yang kini berada di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan pemerintah. Kenaikan harga ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat karena berpotensi memengaruhi daya beli serta inflasi nasional.
Lonjakan Harga Cabai Rawit Capai 45 Persen
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa harga cabai rawit secara nasional telah mencapai Rp69.163 per kg. Angka ini jauh melampaui HAP yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp40 ribu hingga Rp57 ribu per kg. Kenaikan harga cabai rawit hingga minggu kelima Januari 2025 bahkan mencapai 45,74 persen dibandingkan dengan Desember 2024.
Harga cabai rawit yang terus melonjak ini disinyalir disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk cuaca ekstrem yang mempengaruhi produksi serta distribusi yang terkendala. Para pedagang di pasar tradisional pun mengeluhkan minimnya pasokan, yang menyebabkan harga semakin tidak terkendali.
Harga Telur Ayam Ras Melebihi HAP
Selain cabai rawit, lonjakan harga juga terjadi pada telur ayam ras. BPS mencatat harga rata-rata nasional telur ayam ras telah mencapai Rp31 ribu per kg, yang berarti lebih tinggi dibandingkan HAP yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp30 ribu per kg.
Kenaikan harga ini lebih terasa di luar Pulau Jawa dan Sumatera, di mana harga telur ayam ras bahkan menyentuh Rp34.470 per kg. Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi, terutama pakan ternak yang terus mengalami kenaikan harga dalam beberapa bulan terakhir.
Bawang Putih Juga Ikut Melonjak
Tak hanya cabai rawit dan telur ayam ras, harga bawang putih juga mengalami kenaikan signifikan. Rata-rata nasional mencatat harga bawang putih telah menembus Rp48.380 per kg. Di beberapa daerah di Jawa dan Sumatera, harga bawang putih sudah melampaui Rp40 ribu per kg.
Kenaikan harga bawang putih ini diperkirakan terjadi karena ketergantungan Indonesia terhadap impor. Pasokan yang terbatas serta kendala dalam proses distribusi membuat harga semakin sulit dikendalikan.
Pengaruh Terhadap Inflasi Nasional
Di tengah kenaikan harga sejumlah komoditas pangan ini, BPS mencatat bahwa tingkat inflasi pada Januari 2025 berada di level 0,76 persen secara tahunan (yoy). Ini merupakan tingkat inflasi terendah sejak tahun 2000.
Salah satu faktor yang menekan inflasi adalah kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen yang diberikan pemerintah pada Januari dan Februari 2025. Menurut Amalia, kebijakan ini memberikan dampak positif terhadap tingkat inflasi yang lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Namun, beberapa komoditas tetap memberikan andil besar terhadap inflasi. Cabai rawit menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan andil sebesar 0,11 persen, diikuti oleh beras (0,09 persen), telur ayam ras (0,07 persen), dan daging ayam ras (0,06 persen).
Upaya Pemerintah dalam Mengendalikan Harga
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian telah berupaya menstabilkan harga pangan dengan berbagai langkah strategis, termasuk mempercepat distribusi bahan pokok dan membuka kembali impor bawang putih untuk menambah pasokan di pasar. Selain itu, operasi pasar juga terus dilakukan di berbagai daerah guna mengendalikan harga komoditas yang mengalami kenaikan signifikan.
Masyarakat diharapkan tetap bijak dalam berbelanja dan memilih alternatif bahan pangan lain jika harga komoditas tertentu terus meningkat. Pemerintah juga terus memantau perkembangan harga di pasar guna mencegah lonjakan lebih lanjut yang bisa berdampak pada kestabilan ekonomi nasional.
Dengan berbagai langkah ini, diharapkan harga pangan bisa kembali stabil dan inflasi tetap terkendali dalam beberapa bulan ke depan.