Indonesia Sambut Puasa dan Lebaran 2025 dengan Impor 27 Ribu Ton Daging Sapi dan 10 Ribu Ton Kurma

Dalam rangka menyambut bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya impor komoditas penting seperti daging sapi dan kurma. Langkah ini dilakukan untuk menjamin ketersediaan kebutuhan pokok selama masa tersebut.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan bahwa pada Desember 2024, Indonesia mengimpor 27,2 ribu ton daging sapi dengan nilai mencapai USD 101,4 juta. Total impor daging sapi sepanjang tahun 2024 mencapai 183,18 ribu ton, angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan impor 2023 yang mencapai 238,43 ribu ton.

Australia menjadi pemasok utama daging sapi untuk Indonesia dengan kontribusi 113,62 ribu ton atau 62,03 persen dari total impor. Selain itu, India menyumbang 22,32 persen dengan volume 40,89 ribu ton, diikuti oleh Amerika Serikat, Brasil, dan Selandia Baru.

Peningkatan Impor Kurma

Selain daging sapi, kurma juga menjadi salah satu komoditas yang diimpor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri. Pada akhir 2024, volume impor kurma mencapai 10,6 ribu ton, meningkat 69,92 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai impor kurma juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 88,79 persen dibandingkan November 2024, dengan total USD 15,36 juta.

Negara utama pemasok kurma ke Indonesia adalah Mesir, Tunisia, dan Arab Saudi. Kurma, sebagai salah satu pangan khas yang dikonsumsi selama bulan puasa, menjadi komoditas penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Impor Beras: Catatan yang Meningkat

Selain daging sapi dan kurma, impor beras juga menjadi perhatian. Sepanjang 2024, impor beras mencapai 4,52 juta ton, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya 3,06 juta ton. Thailand menjadi pemasok terbesar dengan kontribusi 1,36 juta ton atau 30,19 persen dari total impor. Disusul oleh Vietnam, Myanmar, Pakistan, dan India.

Baca juga :  Subsidi Motor Listrik 2025, Skema Baru dengan Diskon PPN

Menurut Amalia, langkah impor ini diambil untuk menjamin ketersediaan pangan di tengah lonjakan kebutuhan selama puasa dan lebaran. Kebijakan ini juga menjadi salah satu strategi pemerintah dalam mengelola stok pangan nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *