Semarang, Menjelang Idul Fitri 2025, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menggelar operasi pasar guna menjaga stabilitas harga dan memastikan ketersediaan bahan pokok. Program ini diinisiasi oleh PT Pos Indonesia dengan menghadirkan 1.050 gerai di berbagai daerah, termasuk 22 gerai Agri Pos di Kota Semarang.
Langkah Konkret untuk Mengendalikan Harga
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, optimistis bahwa operasi pasar ini akan membantu menekan kenaikan harga bahan pokok. Menurutnya, salah satu cara efektif mengendalikan harga adalah dengan memotong rantai distribusi.
“Pengendalian harga ini salah satunya dilakukan dengan memotong rantai distribusi. Oleh karena itu, kami membuka gerai di kantor pos. Di Kota Semarang sendiri, ada 22 gerai Agri Pos yang siap melayani masyarakat,” ujar Agustina saat mendampingi Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin dalam tinjauan operasi pasar di Kantor Pos Johar, Semarang, pada Senin (10/3).
Agustina juga menegaskan bahwa Pemkot Semarang akan terus memantau stok pangan hingga Lebaran untuk memastikan distribusi berjalan merata. “Insya Allah, stok cukup sampai dengan bulan depan. Kami akan terus memantau agar tidak ada penumpukan di satu titik saja,” jelasnya.
Imbauan untuk Tidak Membeli Berlebihan
Dalam kesempatan tersebut, Agustina mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aksi borong atau membeli bahan pokok secara berlebihan. Menurutnya, membeli sesuai kebutuhan adalah langkah bijak demi menjaga kestabilan harga.
“Warga tidak perlu menyetok berlebihan. Jika ada uang lebih, lebih baik ditabung atau digunakan untuk kebutuhan lain,” imbau Agustina.
Dukungan dari Kementan dan PT Pos Indonesia
Sementara itu, Wamentan Sudaryono menegaskan bahwa operasi pasar ini merupakan bukti nyata kehadiran pemerintah dalam mengatasi lonjakan harga bahan pokok selama Ramadan dan menjelang Lebaran.
“Saat ini, terdapat 4.800 cabang Kantor Pos di seluruh Indonesia dan sudah membuka 1.050 gerai untuk operasi pasar. Di gerai ini, masyarakat bisa mendapatkan sembako dengan harga yang lebih terjangkau,” ujar Sudaryono.
Ia menambahkan, beberapa harga komoditas pangan di pasaran memang masih melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Misalnya, beras medium yang seharusnya Rp12.500 per kilogram, namun masih ditemukan dijual lebih mahal. Begitu pula dengan minyak goreng MinyaKita yang seharusnya Rp15.700 per liter, tetapi masih ada yang mematok harga Rp16.000 hingga Rp17.000 per liter.
“Oleh karena itu, Kantor Pos menyediakan beras seharga Rp12.000 per kg dan MinyaKita Rp14.700 per liter, lebih murah dari HET,” jelas Sudaryono.
Pembatasan Pembelian di Gerai Agri Pos
Direktur Utama PT Pos Indonesia, Faizal Rochmad Djoemadi, menjelaskan bahwa gerai Agri Pos menerapkan pembatasan pembelian untuk menghindari aksi borong. Setiap warga hanya diperbolehkan membeli maksimal 2 kg gula, 2 liter minyak goreng, dan 10 kg beras dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
“Di seluruh Indonesia, kami memiliki 1.050 gerai Agri Pos, termasuk 265 gerai di Jawa Tengah dan DIY. Khusus di Kota Semarang, ada 22 gerai yang siap melayani masyarakat,” ungkap Faizal.
PT Pos Indonesia juga bekerja sama dengan berbagai stakeholder seperti Bulog, ID Food, PT RNI, hingga PTPN untuk memastikan ketersediaan bahan pokok dengan harga yang lebih terjangkau.
Dengan adanya operasi pasar ini, diharapkan masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga wajar dan membantu menjaga stabilitas ekonomi menjelang Lebaran 2025.